Halaman

Minggu, 25 November 2012

cerpen


“Thank You”

Sinar matahari mulai masuk menembus jendela, jam berbentuk doraemon yang menempel di dindingpun menunjukkan pukul 06.15. Vina sekarang sedang duduk di meja riasnya melihat bayangan dirinya di cermin. “Cantik !!” puji dirinya sendiri. Hari ini adalah hari pertamanya masuk SMA. Vina terlihat sangat senang dengan seragam putih abu-abunya.
“ Wah…wah… anak mama cantik sekali pagi ini” puji sang mama saat Vina akan mendekati meja makan untuk sarapan bersama.
“ Hari ini papa akan mengantarku kan ma?” Tanya Vina sambil memakan roti yang sudah disiapkan mamanya di meja makan.
“ Iya.. ayo cepetan makannya nanti kamu terlambat”
“ Vina! Buruan makannya! Papa ada masalah penting di kantor.” Omel papa setelah menutup teleponnya.
“ Emangnya ada apa pa?” Tanya Vina penasaran.
“ Kamu tahu pembunuh yang papa ceritakan?”
“…hmm…” respon Vina sambil mengangguk. “kenapa dia?”
“ Proses hukuman matinya sudah selesai. Jadi papa harus kesana untuk menutup kasusnya!”
“ Oke pa! kita berangkat sekarang!”

Ting..tong…ting…. Bel sekolah sudah berbunyi. Vina buru-buru menuju ke papan pengumuman sekolah untuk melihat daftar pengaturan kelas. Dan, akhirnya dia menemukan namanya di lembaran kelas bertulisan X-6. “X-1,X-2,X-3… mana kelas X-6?” teriaknya kesal.
“ Aw.. apaan sih teriak-teriak gak jelas.berisik tau!” Protes seorang siswa laki-laki yang kebetulan lewat disebelahnya.
“Oops.. sorry” jawab Vina yang tidak dihiraukan oleh laki-laki tak dikenalnya itu. Saat dia melihat lurus kedepan, akhirnya dia menemukan kelas yang dia cari“ Oh, X-6!!” Vina langsung berlari dan masuk kelas itu.

Saat Vina masuk ke kelas, dia merasa lega karena belum ada guru yang masuk kekelas itu. Ruang kelas tampak begitu ramai. Banyak anak yang saling berkenalan dan memperkenalkan diri. Saat dia melihat suasanan dikelas itu, matanya tiba-tiba tertuju pada siswa laki-laki yang tadi mengomelinya. “ Laki-laki itu…” ucapnya pelan. Laki-laki itu hanya melihatnya sekilas lalu melanjutkan mengobrol dengan temannya. “ Ah, ada bangku kosong” Vina akhirnya menuju bangku yang ditempati oleh seorang gadis yang terlihat melamun. “ Ada apa dengan gadis itu ? kenapa dia tidak berkenalan dengan yang lainnya??” Pikir Vina.
“Hai.. aku Vina. Kamu siapa?” Tanya Vina langsung sambil menyodorkan tangannya.
“ Oh, kau bicara denganku?” Tanya gadis pendiam itu.
“ Tentu saja. Kenapa?”
“Kau tidak kenal aku?”
“ Tidak. Kenapa? Kau terkenal? Apa kau artis?” Jawab Vina mulai kesal. Gadis pendiam itu mulai diam dan menhiraukan ucapan Vina. Vina melihat bukunya yang bertulisan Luna Melinda Putri. “ Oh… namamu Luna? Salam kenal” ucap Vina langsung.
“Selamat pagi anak-anak” sapa seorang guru muda yang mulai memasuki ruang kelas Vina.
“Selamat pagi bu…” jawab semua murid.
“Perkenalakan nama saya bu Indah dan saya adalah wali kelas kalian. Sekarang,giliran kalian yang memperkenalkan diri. Mulai dari…. kamu.” Bu Indah menunjuk laki-laki pengomel tu.
“ Hai.. nama saya Beni saya berasal dari SMP Cita Hati. Salam kenal” . “ Oh.. Beni..” ucap Vina dalam hati.

Banyak teman-temannya yang berasal dari SMP yang terkenal. Dan, anehnya tidak ada teman dari satu SMP Vina yang sekelas dengannya. Di sangat sedih. “ Sekarang kamu !” tunjuk bu Indah pada Luna. Luna langsung berjalan menuju depan kelas untuk memperkenalkan diri.
“Perkenalkan, nama saya Luna. Saya dari SMP…”
“ Eh..eh.. itu Luna? Luna yang ayahnya pembunuh itu?” Tanya seorang gadis pada teman satu bangkunya.
“Wah.. iya itu Luna. OMG.. kenapa aku satu kelas sama anak pembunuh?”
Satu kelas ramai membicarakan Luna sampai-sampai dia hampir mau menangis. “ Sudah..sudah.. apa-apaan kalian ini kenapa kalian ribut sekali?!” Omel bu Indah. “Kau boleh kembali ketempat dudukmu!” lanjut bu Indah. Sekarang saatnya Vina memperkenalkan diri. Syukurlah perkenalannya berjalan lancar. Tak sedikit temannya yang memujinya cantik.

Ting..tong..ting… Bel istirahatpun berbunyi. “ Eh, kamu gak kekantin?” Tanya Vina pada Luna yang sedari tadi melamun. “Ayo..kekantin.. aku traktir deh. Temenin aku makan ya..?” Ajak Vina sedikit memaksa dengan menarik tangan Luna.
“Hmm.. hmm..” Vina makan bakso yang dia pesan dengan lahap. “ Kamu gak makan? Ayo makan.. enak lo”
“Kamu gak takut? Aku kan anak dari pembunuh.”
Vina diam sejenak lalu menjawab “Kenapa harus takut? Kalau dilihat..lihat kamu seperti orang baik kok! Coba deh tersenyum kamu pasti kelihatan lebih cantik” canda Vina
Luna pun mengikuti saran Vina untuk tersenyum. Dan akhirnya Luna dan Vina bisa ngobrol dengan nyaman sekarang.

“Eh, Vin. Kamu kok mau sih temenan sama anak pembunuh?” Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Vina.
Vina melihat Luna yang menundukkan kepalanya. Dia tidak tega dan membela Luna “ Terus kenapa? Lagipula yang temenan sama Luna itu aku. Ngapain kamu ikut campur urusanku. Lagipula ayah Luna kan sudah meninggal,” Sambil menyeduh jus jeruk yang ada didepannya.
Luna tiba-tiba menoleh kearah Vina yang sibuk membelanya. “ Kenapa dia bisa tahu kalau ayahku sudah meninggal? Darimana dia tahu? Sebenarnya dia siapa?” Batin Luna.
Saat semua terselesaikan, Anggi yang kalah berkata-katapun akhirnya pergi kekelas. Luna yang curiga sama Vinapun akhirnya mengungkapkan kecurigaannya.
“ Kamu tahu dari mana ayahku sudah meninggal?” Tanya Luna curiga.
“ Uhuk!” Dia yang sedang minum akhirnya tersedak karena pertanyaannya Luna. “ Oh.. tadi aku sempat denger ada siswa yang bilang seperti itu.” Jawabnya gugup.
Vina jadi ingat permohonan papanya saat di mobil“ Apa? Jadi aku satu sekolah sama anak pembunuh itu?” Tanya Vina khawatir.
“ Kenapa kamu jadi takut gitu. Yang membunuh kan ayahnya bukan anaknya. Jadi, kalau bisa kamu nanti temenin dia ya?” pinta papa. “ Lagipula, dia sekarang hidup sendiri. Orang tuanya kan sudah meninggal. Apa kamu gak kasian?”
“ Kenapa harus aku?” Tanya Vina dalam hati. “
“ Eh Lun, itu Beni!” tunjuk Vina pada salah satu siswa yang main basket di lapangan.
“ Iya. Kenapa?” Tanya Luna curiga. “ Jangan-jangan kamu suka sama Beni ya?” goda Luna.
“ Idih.. sama dia. Ya gak lah” elak Vina. Tapi dia masih memandangi Beni.
“ Eh, aku boleh minta minummu gak?” Beni tiba-tiba muncul mengagetkan Vina.
“ Oh, ini!” Jawab Vina sambil menyodorkan minuman ke Beni.
“ Thanks ya Vin.” Vina tidak bisa berkata apa-apa dia hanya bengong karena senangnya. Dia tidak tahu kenapa dia begitu senang hanya dengan ucapan thanks dari Beni.
“ Eh..eh.. Vin, jangan bengong disitu. Ayo masuk kelas !” Ajak Luna.

Hari ini hari minggu di meja belajar,Luna sibuk mengobrol dengan Vina lewat facebook. Sudah setengah semester mereka berteman. Mereka mengobrol, dan menertawakan hal yang tak patut ditertawakan. Saat Luna melihat-lihat profil Vina, matanya tertuju pada Biodata Vina yang terpampang di profilnya. “ 21 januari?” Luna dengan sigap melihat kalender yang ada dikomputernya “ Itu. 6 hari lagi.” Sambil membalas chat dari Vina, Luna juga sibuk memikirkan hadiah untuk ulang tahun Vina. “Oh ya.. !” teriak Luna senang.
2 hari sebelum ulang tahun Vina. “Hai. Vin… aku punya sesuatu buat kamu!” ucap Luna sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kepada Vina yang sibuk mendengarkan musik.
“ Apa ini?” Tanya Vina sambil membuka kotak tersebut. “ Waaaah.. Keren… ini buat aku?”
“Hmm…hm…” jawab Luna Singkat. “ Jaga baik-baik ya…?”
“Pasti !!!” Jawab Vina sambil memeluk Luna yang membuat Anggi yang ada disebelahnya merasa ingin muntah. “ Makasih..”
Sekarang berita bahwa Luna adalah anak dari seorang pembunuh sudah memudar,dan Luna bisa merasa tenang, karena dia sudah banyak memenangkan olimpiade dan membanggakan sekolah. Dia sekarang terkenal karena kecerdasannya. Sampai Beni akhirnya mendekatinya.
“Hai, Lun!” Sapa Beni.
“ Hai, Ben” jawab Luna. Vina curiga, entah dari kapan mereka bisa sedekat ini. “Jangan-jangan ada sesuatu nih.” Curiga Vina. “ Ah, gak mungkin!”

Ulang tahun Vina, bertepatan pada hari Sabtu. Semua teman satu kelas diundangnya termasuk Beni dan Luna. “ Happy birthday ya Vin… ini kado dari aku” ucap Luna pada Vina sambil memberikan kado berbentuk kotak itu.
“ Thanks ya…” Balas Vina. “ Kamu datang sama siapa?”
“ Oh, sama Beni. Dia kasih aku tebengan.” Jawab Luna santai.
“Happy Birthday ya Vin..” Beni tiba-tiba datang dari belakang Luna.
“Kenapa kalian berdua datang bersama?” Tanya Vina curiga.
“ Ceritanya panjang Vin.” Sela Beni. “ Kita pergi dulu ya..” Beni menarik tangan Luna dan mengajaknya ke taman belakang.
“ Ada apa dengan mereka berdua?” Vina yang curiganya sudah mencapai puncak, mengikuti Beni dan Luna ke taman belakang. Vina melihat Beni dan Luna berpelukan senang dan saling berpegangan tangan dan itu  membuat Vina cemburu. Saat Beni bermaksud pergi ke tengah pesta untuk bertemu Vina, Vina yang tadi melihat mereka berdua dari belakang semak-semak akhirnya keluar menemui Luna.
“Luna?” Tanya Vina dengan amarah yang ditahannya.
“ Oh, Vina” ucap Luna kaget. “ Kenapa kamu disini? Beni…” Omongan Luna tiba-tiba terputus.
“ Apa maksudmu Lun? Kenapa kamu lakukan ini padaku? Tepat di hari spesialku?” Amarah Vina tiba-tiba meledak dan membuat Luna serentak kaget mendengarnya “ Kamu tahu kan kalau aku suka sama Beni, kenapa kamu malah kelihatan deket banget sama dia? Apa kalian pacaran?”
“ Vin..vin.. kamu salah paham bukan itu maksudku!” Jawab Luna gugup.
“ Kamu.. apa kamu ingat disaat semua anak menghindarimu, mengolokmu anak pembunuh, siapa yang menolongmu? Apa itu balasanmu terhadapku? Dengan cara merebut Beni dariku?”
“ Apa? Bukan..bukan.. Vin.. aku sama Beni gak ada apa-apa. kita cuma temenan. Aku gak ada maksud buat ngerebut Beni dari kamu.”
“Alah… omong kosong. PLAKK!!” Vina tiba-tiba menampar pipi Luna dan lari ke taman didekat rumahnya. Dia bermaksud untuk menenangkan diri.
“ Vin… tunggu vin.. itu semua salah paham. Tunggu Vin…” Teriak Luna.
Saat Luna berlari mengejar Vina, tiba-tiba dia mendengar suara truk yang begitu nyaring. Lampu truk yang menyala terang membuatnya silau dan akhirnya dia tertabrak truk dan terlempar sampai tepat di depan Vina. Vina kaget dan diam membeku. Dia melihat sahabatnya Luna tergeletak sekarat dengan penuh darah yang mengalir keluar dari tubuhnya.
“Lun..Luna.. bangun Lun..” teriak Vina histeris, air mata Vina mengalir deras dari mata Vina. Dan dia akhirnya meletakkan kepala Luna yang berlumuran darah ke pangkuannya.
Luna yang mendengar tangisan Vina langsung berusaha keras untuk membuka kelopak matanya. Dia terlihat tak berdaya “ Vina…Terima kasih, ka..mu sudah mau ja..di saha..batku selama ini. Ma..afkan aku.” Ucap Luna lemas. “ Kun..ci ini.. kau ha.rus ber..janji akan menjaganya!” Luna memegang kalung berbentuk kunci dari leher Vina yang sempat dia berikan pada Vina jauh hari.
“Sudah..sudah.. Lun.. aku maafin kamu.. aku juga minta maaf ya.. aku terlalu egois. Kamu harus bertahan. Aku akan cari bantuan.” Ucap Vina sambil terseduh-seduh.
“ Su...dahlah.” Luna menarik tangan Vina “Aku akan pergi bertemu dengan orang tuaku di surga.” Lanjut Luna sambil mengusap air mata Vina  “Kamu jaga diri ya.. Selamat tinggal.” Nafas Luna  tiba-tiba berhenti.
“ Lunaaaaaaa….” Teriak Vina histeris saat dia tidak merasakan nafas yang keluar dari hidung Luna. Detak jantung Lunapun tidak terdengar.

Hari minggu adalah hari pemakaman Luna. Semua teman dan guru datang ke pemakaman itu. Vina berada disebelah kedua orang tuanya, menaburkan bunga di atas makam Luna sambil mengusap air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipinya.

Selesai acara pemakaman, Vina pulang dan langsung menuju kamarnya. Dia menangis mengingat kenangannya dengan Luna. Dia menyesal sudah mengatakan hal yang membuat Luna sakit hati. Saat dia menatap jendela, tiba-tiba matanya tertuju pada kado berbentuk kotak yang dia terima dari Luna.
Vina membuka hadiah dari Luna secara perlahan dengan sedikit menahan tangisannya. Tiba-tiba dia kaget saat melihat hadiah dari Luna “ Buku diary?” Rasa penasaran Vina yang muncul tiba-tiba membuat tangisannya berhenti. “ Kenapa dikunci? Mana kuncinya?” tanyanya dalam hati. 
Terlintas dibenak Vina kata terakhir Luna “Kunci ini kau harus menjaganya! Vina langsung melepaskan kalungnya dan mencocokkan kunci tersebut dengan gemboknya. “Pas!!!!”

Setelah dia buka, tiba-tiba tangisan Vina meledak. Dia melihat foto mereka berdua dengan bertulisan “Best Friend Forever” di halaman pertama foto itu. Di halaman kedua terlihat foto Vina yang sedang memandangi Beni dari jauh. Dan terdapat tulisan “ Vina.. semangat!! Aku yakin Beni akan jatuh cinta padamu! Aku akan selalu mendukungmu!”

Lembaran demi lembaran dia buka dan tangisan Vina semakin menjadi-jadi. Pada lembaran terakhir terdapat pesan dengan tulisan “ Selamat yaaa… aku yakin hari ini kamu resmi sudah jadi pacar Beni. Jangan terlalu senang dan melupakan aku yaa… Asal kamu tau. Beni sudah suka sama kamu sejak kamu pertama kali memberikan minuman ke dia. Dia cerita banyak kepadaku betapa sukanya dia sama kamu. Seperti halnya kamu -__- . Maaf, sebenarnya aku ingin memberitahumu lebih dulu. Tapi, Beni menyuruhku untuk tidak bilang apa-apa ke kamu.  Dia janji kalau dia akan menyatakan perasaannya kepadamu pada hari ulang tahunmu jadi aku membantunya. Selamat ya… dan HAPPY BIRTHDAY ^ ^”
Air mata Vina seakan tidak bisa diperintahkan untuk berhenti. Dia menangis menyesali apa yang sudah dia lakukan pada Luna. Menamparnya, mengolok-oloknya. Dia menyesal dan sangat menyesal.
Bertahun-tahun sudah berlalu, sejak hari kematian Luna. Setiap bulan pada tanggal 21, Vina rajin mendatangi dan membersihkan makam Luna bersama Beni. Mereka sudah pacaran dan kuliah pada satu universitas. Mereka pergi ke pantai setelah mendoakan Luna. Vina percaya kalau Luna pasti bahagia di surga. Karena, dia anak yang baik hati.

Terima Kasih.. kamu memang sahabatku. Aku tidak akan pernah melupaka kebaikanmu. Terima kasih dan maaf tidak bisa membuatmu bahagia. Aku akan selalu mendoakan ketenanganmu disana. Semoga kamu bahagia







Tidak ada komentar:

Posting Komentar