“Thank
You”
Sinar matahari mulai
masuk menembus jendela, jam berbentuk doraemon yang menempel di dindingpun
menunjukkan pukul 06.15. Vina sekarang sedang duduk di meja riasnya melihat
bayangan dirinya di cermin. “Cantik !!” puji dirinya sendiri. Hari ini adalah
hari pertamanya masuk SMA. Vina terlihat sangat senang dengan seragam putih
abu-abunya.
“ Wah…wah… anak mama
cantik sekali pagi ini” puji sang mama saat Vina akan mendekati meja makan
untuk sarapan bersama.
“ Hari ini papa akan
mengantarku kan ma?” Tanya Vina sambil memakan roti yang sudah disiapkan
mamanya di meja makan.
“ Iya.. ayo cepetan
makannya nanti kamu terlambat”
“ Vina! Buruan
makannya! Papa ada masalah penting di kantor.” Omel papa setelah menutup
teleponnya.
“ Emangnya ada apa pa?”
Tanya Vina penasaran.
“…hmm…” respon Vina
sambil mengangguk. “kenapa dia?”
“ Proses hukuman
matinya sudah selesai. Jadi papa harus kesana untuk menutup kasusnya!”
“ Oke pa! kita
berangkat sekarang!”
Ting..tong…ting….
Bel
sekolah sudah berbunyi. Vina buru-buru menuju ke papan pengumuman sekolah untuk
melihat daftar pengaturan kelas. Dan, akhirnya dia menemukan namanya di
lembaran kelas bertulisan X-6. “X-1,X-2,X-3… mana kelas X-6?” teriaknya kesal.
“ Aw.. apaan sih
teriak-teriak gak jelas.berisik tau!” Protes seorang siswa laki-laki yang
kebetulan lewat disebelahnya.
“Oops.. sorry” jawab
Vina yang tidak dihiraukan oleh laki-laki tak dikenalnya itu. Saat dia melihat
lurus kedepan, akhirnya dia menemukan kelas yang dia cari“ Oh, X-6!!” Vina
langsung berlari dan masuk kelas itu.
Saat Vina masuk ke
kelas, dia merasa lega karena belum ada guru yang masuk kekelas itu. Ruang
kelas tampak begitu ramai. Banyak anak yang saling berkenalan dan memperkenalkan
diri. Saat dia melihat suasanan dikelas itu, matanya tiba-tiba tertuju pada
siswa laki-laki yang tadi mengomelinya. “ Laki-laki itu…” ucapnya pelan.
Laki-laki itu hanya melihatnya sekilas lalu melanjutkan mengobrol dengan
temannya. “ Ah, ada bangku kosong” Vina akhirnya menuju bangku yang ditempati
oleh seorang gadis yang terlihat melamun. “
Ada apa dengan gadis itu ? kenapa dia tidak berkenalan dengan yang lainnya??”
Pikir Vina.
“Hai.. aku Vina. Kamu
siapa?” Tanya Vina langsung sambil menyodorkan tangannya.
“ Oh, kau bicara
denganku?” Tanya gadis pendiam itu.
“ Tentu saja. Kenapa?”
“Kau tidak kenal aku?”
“ Tidak. Kenapa? Kau
terkenal? Apa kau artis?” Jawab Vina mulai kesal. Gadis pendiam itu mulai diam
dan menhiraukan ucapan Vina. Vina melihat bukunya yang bertulisan Luna Melinda
Putri. “ Oh… namamu Luna? Salam kenal” ucap Vina langsung.
“Selamat pagi
anak-anak” sapa seorang guru muda yang mulai memasuki ruang kelas Vina.
“Selamat pagi bu…”
jawab semua murid.
“Perkenalakan nama saya
bu Indah dan saya adalah wali kelas kalian. Sekarang,giliran kalian yang
memperkenalkan diri. Mulai dari…. kamu.” Bu Indah menunjuk laki-laki pengomel
tu.
“ Hai.. nama saya Beni
saya berasal dari SMP Cita Hati. Salam kenal” . “ Oh.. Beni..” ucap Vina dalam hati.
Banyak teman-temannya
yang berasal dari SMP yang terkenal. Dan, anehnya tidak ada teman dari satu SMP
Vina yang sekelas dengannya. Di sangat sedih. “ Sekarang kamu !” tunjuk bu
Indah pada Luna. Luna langsung berjalan menuju depan kelas untuk memperkenalkan
diri.
“Perkenalkan, nama saya
Luna. Saya dari SMP…”
“ Eh..eh.. itu Luna?
Luna yang ayahnya pembunuh itu?” Tanya seorang gadis pada teman satu bangkunya.
“Wah.. iya itu Luna.
OMG.. kenapa aku satu kelas sama anak pembunuh?”
Satu kelas ramai
membicarakan Luna sampai-sampai dia hampir mau menangis. “ Sudah..sudah..
apa-apaan kalian ini kenapa kalian ribut sekali?!” Omel bu Indah. “Kau boleh
kembali ketempat dudukmu!” lanjut bu Indah. Sekarang saatnya Vina
memperkenalkan diri. Syukurlah perkenalannya berjalan lancar. Tak sedikit temannya
yang memujinya cantik.
Ting..tong..ting…
Bel istirahatpun berbunyi. “ Eh, kamu gak kekantin?” Tanya Vina pada Luna yang
sedari tadi melamun. “Ayo..kekantin.. aku traktir deh. Temenin aku makan ya..?”
Ajak Vina sedikit memaksa dengan menarik tangan Luna.
“Hmm.. hmm..” Vina
makan bakso yang dia pesan dengan lahap. “ Kamu gak makan? Ayo makan.. enak lo”
“Kamu gak takut? Aku
kan anak dari pembunuh.”
Vina diam sejenak lalu
menjawab “Kenapa harus takut? Kalau dilihat..lihat kamu seperti orang baik kok!
Coba deh tersenyum kamu pasti kelihatan lebih cantik” canda Vina
Luna pun mengikuti
saran Vina untuk tersenyum. Dan akhirnya Luna dan Vina bisa ngobrol dengan
nyaman sekarang.
“Eh, Vin. Kamu kok mau
sih temenan sama anak pembunuh?” Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Vina.
Vina melihat Luna yang
menundukkan kepalanya. Dia tidak tega dan membela Luna “ Terus kenapa? Lagipula
yang temenan sama Luna itu aku. Ngapain kamu ikut campur urusanku. Lagipula
ayah Luna kan sudah meninggal,” Sambil menyeduh jus jeruk yang ada didepannya.
Luna tiba-tiba menoleh
kearah Vina yang sibuk membelanya. “
Kenapa dia bisa tahu kalau ayahku sudah meninggal? Darimana dia tahu? Sebenarnya
dia siapa?” Batin Luna.
Saat semua
terselesaikan, Anggi yang kalah berkata-katapun akhirnya pergi kekelas. Luna
yang curiga sama Vinapun akhirnya mengungkapkan kecurigaannya.
“ Kamu tahu dari mana
ayahku sudah meninggal?” Tanya Luna curiga.
“ Uhuk!” Dia yang
sedang minum akhirnya tersedak karena pertanyaannya Luna. “ Oh.. tadi aku
sempat denger ada siswa yang bilang seperti itu.” Jawabnya gugup.
Vina jadi ingat
permohonan papanya saat di mobil“ Apa? Jadi
aku satu sekolah sama anak pembunuh itu?” Tanya Vina khawatir.
“
Kenapa kamu jadi takut gitu. Yang membunuh kan ayahnya bukan anaknya. Jadi,
kalau bisa kamu nanti temenin dia ya?” pinta papa. “ Lagipula, dia sekarang
hidup sendiri. Orang tuanya kan sudah meninggal. Apa kamu gak kasian?”
“
Kenapa harus aku?” Tanya Vina dalam hati. “
“ Eh Lun, itu Beni!”
tunjuk Vina pada salah satu siswa yang main basket di lapangan.
“ Iya. Kenapa?” Tanya
Luna curiga. “ Jangan-jangan kamu suka sama Beni ya?” goda Luna.
“ Idih.. sama dia. Ya
gak lah” elak Vina. Tapi dia masih memandangi Beni.
“ Eh, aku boleh minta
minummu gak?” Beni tiba-tiba muncul mengagetkan Vina.
“ Oh, ini!” Jawab Vina
sambil menyodorkan minuman ke Beni.
“ Thanks ya Vin.” Vina
tidak bisa berkata apa-apa dia hanya bengong karena senangnya. Dia tidak tahu
kenapa dia begitu senang hanya dengan ucapan thanks dari Beni.
“ Eh..eh.. Vin, jangan
bengong disitu. Ayo masuk kelas !” Ajak Luna.
Hari ini hari minggu di
meja belajar,Luna sibuk mengobrol dengan Vina lewat facebook. Sudah setengah
semester mereka berteman. Mereka mengobrol, dan menertawakan hal yang tak patut
ditertawakan. Saat Luna melihat-lihat profil Vina, matanya tertuju pada Biodata
Vina yang terpampang di profilnya. “ 21 januari?” Luna dengan sigap melihat
kalender yang ada dikomputernya “ Itu. 6 hari lagi.” Sambil membalas chat dari
Vina, Luna juga sibuk memikirkan hadiah untuk ulang tahun Vina. “Oh ya.. !”
teriak Luna senang.
2 hari sebelum ulang
tahun Vina. “Hai. Vin… aku punya sesuatu buat kamu!” ucap Luna sambil
menyodorkan sebuah kotak kecil kepada Vina yang sibuk mendengarkan musik.
“ Apa ini?” Tanya Vina
sambil membuka kotak tersebut. “ Waaaah.. Keren… ini buat aku?”
“Hmm…hm…” jawab Luna
Singkat. “ Jaga baik-baik ya…?”
“Pasti !!!” Jawab Vina
sambil memeluk Luna yang membuat Anggi yang ada disebelahnya merasa ingin
muntah. “ Makasih..”
Sekarang berita bahwa
Luna adalah anak dari seorang pembunuh sudah memudar,dan Luna bisa merasa
tenang, karena dia sudah banyak memenangkan olimpiade dan membanggakan sekolah.
Dia sekarang terkenal karena kecerdasannya. Sampai Beni akhirnya mendekatinya.
“Hai, Lun!” Sapa Beni.
“ Hai, Ben” jawab Luna.
Vina curiga, entah dari kapan mereka bisa sedekat ini. “Jangan-jangan ada
sesuatu nih.” Curiga Vina. “ Ah, gak mungkin!”
Ulang tahun Vina,
bertepatan pada hari Sabtu. Semua teman satu kelas diundangnya termasuk Beni
dan Luna. “ Happy birthday ya Vin… ini kado dari aku” ucap Luna pada Vina
sambil memberikan kado berbentuk kotak itu.
“ Thanks ya…” Balas
Vina. “ Kamu datang sama siapa?”
“ Oh, sama Beni. Dia
kasih aku tebengan.” Jawab Luna santai.
“Happy Birthday ya
Vin..” Beni tiba-tiba datang dari belakang Luna.
“Kenapa kalian berdua
datang bersama?” Tanya Vina curiga.
“ Ceritanya panjang
Vin.” Sela Beni. “ Kita pergi dulu ya..” Beni menarik tangan Luna dan
mengajaknya ke taman belakang.
“ Ada apa dengan mereka
berdua?” Vina yang curiganya sudah mencapai puncak, mengikuti Beni dan Luna ke
taman belakang. Vina melihat Beni dan Luna berpelukan senang dan saling
berpegangan tangan dan itu membuat Vina
cemburu. Saat Beni bermaksud pergi ke tengah pesta untuk bertemu Vina, Vina
yang tadi melihat mereka berdua dari belakang semak-semak akhirnya keluar
menemui Luna.
“Luna?” Tanya Vina
dengan amarah yang ditahannya.
“ Oh, Vina” ucap Luna
kaget. “ Kenapa kamu disini? Beni…” Omongan Luna tiba-tiba terputus.
“ Apa maksudmu Lun?
Kenapa kamu lakukan ini padaku? Tepat di hari spesialku?” Amarah Vina tiba-tiba
meledak dan membuat Luna serentak kaget mendengarnya “ Kamu tahu kan kalau aku
suka sama Beni, kenapa kamu malah kelihatan deket banget sama dia? Apa kalian
pacaran?”
“ Vin..vin.. kamu salah
paham bukan itu maksudku!” Jawab Luna gugup.
“ Kamu.. apa kamu ingat
disaat semua anak menghindarimu, mengolokmu anak pembunuh, siapa yang
menolongmu? Apa itu balasanmu terhadapku? Dengan cara merebut Beni dariku?”
“ Apa? Bukan..bukan..
Vin.. aku sama Beni gak ada apa-apa. kita cuma temenan. Aku gak ada maksud buat
ngerebut Beni dari kamu.”
“Alah… omong kosong.
PLAKK!!” Vina tiba-tiba menampar pipi Luna dan lari ke taman didekat rumahnya.
Dia bermaksud untuk menenangkan diri.
“ Vin… tunggu vin.. itu
semua salah paham. Tunggu Vin…” Teriak Luna.
Saat Luna berlari
mengejar Vina, tiba-tiba dia mendengar suara truk yang begitu nyaring. Lampu
truk yang menyala terang membuatnya silau dan akhirnya dia tertabrak truk dan
terlempar sampai tepat di depan Vina. Vina kaget dan diam membeku. Dia melihat
sahabatnya Luna tergeletak sekarat dengan penuh darah yang mengalir keluar dari
tubuhnya.
“Lun..Luna.. bangun
Lun..” teriak Vina histeris, air mata Vina mengalir deras dari mata Vina. Dan
dia akhirnya meletakkan kepala Luna yang berlumuran darah ke pangkuannya.
Luna yang mendengar
tangisan Vina langsung berusaha keras untuk membuka kelopak matanya. Dia
terlihat tak berdaya “ Vina…Terima kasih, ka..mu sudah mau ja..di saha..batku
selama ini. Ma..afkan aku.” Ucap Luna lemas. “ Kun..ci ini.. kau ha.rus ber..janji
akan menjaganya!” Luna memegang kalung berbentuk kunci dari leher Vina yang
sempat dia berikan pada Vina jauh hari.
“Sudah..sudah.. Lun..
aku maafin kamu.. aku juga minta maaf ya.. aku terlalu egois. Kamu harus
bertahan. Aku akan cari bantuan.” Ucap Vina sambil terseduh-seduh.
“ Su...dahlah.” Luna
menarik tangan Vina “Aku akan pergi bertemu dengan orang tuaku di surga.” Lanjut
Luna sambil mengusap air mata Vina “Kamu
jaga diri ya.. Selamat tinggal.” Nafas Luna
tiba-tiba berhenti.
“ Lunaaaaaaa….” Teriak
Vina histeris saat dia tidak merasakan nafas yang keluar dari hidung Luna. Detak
jantung Lunapun tidak terdengar.
Hari minggu adalah hari
pemakaman Luna. Semua teman dan guru datang ke pemakaman itu. Vina berada
disebelah kedua orang tuanya, menaburkan bunga di atas makam Luna sambil
mengusap air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipinya.
Selesai acara pemakaman,
Vina pulang dan langsung menuju kamarnya. Dia menangis mengingat kenangannya
dengan Luna. Dia menyesal sudah mengatakan hal yang membuat Luna sakit hati. Saat
dia menatap jendela, tiba-tiba matanya tertuju pada kado berbentuk kotak yang
dia terima dari Luna.
Vina membuka hadiah
dari Luna secara perlahan dengan sedikit menahan tangisannya. Tiba-tiba dia
kaget saat melihat hadiah dari Luna “ Buku diary?” Rasa penasaran Vina yang
muncul tiba-tiba membuat tangisannya berhenti. “ Kenapa dikunci? Mana kuncinya?”
tanyanya dalam hati.
Terlintas dibenak Vina
kata terakhir Luna “Kunci ini kau harus
menjaganya! Vina langsung melepaskan kalungnya dan mencocokkan kunci
tersebut dengan gemboknya. “Pas!!!!”
Setelah dia buka,
tiba-tiba tangisan Vina meledak. Dia melihat foto mereka berdua dengan
bertulisan “Best Friend Forever” di halaman pertama foto itu. Di halaman kedua
terlihat foto Vina yang sedang memandangi Beni dari jauh. Dan terdapat tulisan “
Vina.. semangat!! Aku yakin Beni akan jatuh cinta padamu! Aku akan selalu
mendukungmu!”
Lembaran demi lembaran
dia buka dan tangisan Vina semakin menjadi-jadi. Pada lembaran terakhir
terdapat pesan dengan tulisan “ Selamat yaaa… aku yakin hari ini kamu resmi
sudah jadi pacar Beni. Jangan terlalu senang dan melupakan aku yaa… Asal kamu
tau. Beni sudah suka sama kamu sejak kamu pertama kali memberikan minuman ke
dia. Dia cerita banyak kepadaku betapa sukanya dia sama kamu. Seperti halnya
kamu -__- . Maaf, sebenarnya aku ingin memberitahumu lebih dulu. Tapi, Beni
menyuruhku untuk tidak bilang apa-apa ke kamu.
Dia janji kalau dia akan menyatakan perasaannya kepadamu pada hari ulang
tahunmu jadi aku membantunya. Selamat ya… dan HAPPY BIRTHDAY ^ ^”
Air mata Vina seakan
tidak bisa diperintahkan untuk berhenti. Dia menangis menyesali apa yang sudah
dia lakukan pada Luna. Menamparnya, mengolok-oloknya. Dia menyesal dan sangat
menyesal.
Bertahun-tahun sudah
berlalu, sejak hari kematian Luna. Setiap bulan pada tanggal 21, Vina rajin
mendatangi dan membersihkan makam Luna bersama Beni. Mereka sudah pacaran dan
kuliah pada satu universitas. Mereka pergi ke pantai setelah mendoakan Luna.
Vina percaya kalau Luna pasti bahagia di surga. Karena, dia anak yang baik
hati.
Terima
Kasih.. kamu memang sahabatku. Aku tidak akan pernah melupaka kebaikanmu.
Terima kasih dan maaf tidak bisa membuatmu bahagia. Aku akan selalu mendoakan
ketenanganmu disana. Semoga kamu bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar